Diskusi Buku Melawan Intoleransi dengan Karya Sastra
Kemarahan dan intoleransi adalah musuh dari pemahaman yang benar. Kata-kata itu diungkapkan oleh Mahatma Gandhi, seorang politikus dari India (1869 – 1948) dalam melawan intolerasi di negaranya. Hal itu pula yang mendasari kegiatan diskusi buku yang diselenggarakan di arena Pameran Buku dan Arsip di halaman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul pada hari ini, Senin, 17 Desember 2018. Diskusi buku ini dihadiri oleh 50 peserta dari perguruan tinggi yaitu Universitas Gunungkidul dan Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, pelajar SMA dan SMK di Gunungkidul, serta karang taruna. Kegiatan dibuka oleh Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul dan dimoderatori oleh Pustakawan Madya, Agung Wibawa, SIP.
Mengambil tema “melawan intoleransi lewat karya sastra” diskusi buku ini menghadirkan Esti Nuryani Kasam seorang penulis asli Gunungkidul yang sudah terkenal dengan karya-karya novelnya yang menjunjung tinggi hak asasi manusia diantaranya Orang Gila Dilarang Tertawa, Perempuan Berlipstik Kapur, dan yang dibahas kali ini berjudul Resepsi Kematian. Buku resepsi kematian adalah antologi cerpen yang terbit pada tahun 2015 dan merupakan buku yang diterbitkan pertama kalinya. Relevansi dengan tema diskusi buku kali ini adalah bahwa dalam beberapa cerita pendeknya di resepsi kematian, penulis berupaya menyampaikan pentingnya toleransi dalam membangun sebuah peradaban yang lebih baik. Diperlukan adanya keterbukaan dalam menerima berbagai perbedaan dan hal tersebut dapat dilakukan apabila orang banyak membaca sehingga terbuka pikirannya akan hal-hal di luar pemikirannya yang sempit. Sastra menjadi peramu dari berbagai ilmu dalam membangun peradaban yaitu ilmu pengetahuan dan filsafat.
kedua adalah Mr. Hans, aktivis sosial untuk anak-anak bermasalah dari Belanda dan juga owner toko buku bahasa Inggris di Yogyakarta. Seperti yang dikatakan Esti, Hans menyampaikan bahwa intoleransi disebabkan oleh ketidaktahuan dan tidak mengenal orang lain dengan baik. Untuk melawan intoleransi maka manusia harus saling mengenali perbedaan, dan jika sudah kenal maka biasanya akan mengerti dan tidak takut.
Sementara itu, Drs. Bahron Rasyid, S.Pd., MM, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul sebagai narasumber ketiga menekankan bahawa toleransi bukan hanya terkait dengan agama tetapi pada berbagai perbedaan yang ada, seperti tingkat sosial, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Pemahaman yang tindak lengkap merupakan awal dari disintegrasi oleh karena itu perlu digiatkan gemar membaca agar orang lebih memahami perbedaan. Terkait dengan sekolah, bahwa perpustakaan sekolah bisa melawan intoleransi dengan berbagai bacaan yang bisa menambah wawasan dan pemahaman siswa akan perbedaan. (AGU)
Berita Terkait
- PENDAMPINGAN DARI BLP KABUPATEN GUNUNGKIDUL DALAM RANGKA PENYIAPAN PELAKSANAAN DAK (DANA ALOKASI KHUSUS) PEMBANGUNAN GEDUNG LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021
- DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGIKUTI DESK SiRUP TAHUN ANGGARAN 2021
- STUDI ORIENTASI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN KULON PROGO
- DWP UNIT DPK KABUPATEN GUNUNGKIDUL IKUT MEMERIAHKAN PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-20 DWP KABUPATEN GUNUNGKIDUL
- PERTEMUAN KOORDINASI INTERNAL PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PERRPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL