RAPAT KOORDINASI SISTEM PERPUSTAKAAN TERPADU JOGJA LIBRARY FOR ALL “SEPATU JOLIFA”: KOLABORASI UNTUK MELAYANI

Jumat, 18 Oktober 2019

admin

Berita

Dibaca: 1116 kali

Rapat koodinasi “Sepatu Jolifa” diadakan di Balai Layanan Ghratama Pustaka DPAD DIY pada hari Kamis (17/10/2019) yang dihadiri oleh kepala dinas, kepala perpustakaan, dan PIC JLA masing-masing perpustakaan yang telah berjejaring, diantaranya Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul, Ali Ridlo bersama dengan PIC Pengelola Teknis Jaringan, Siti Indarwati.

Dalam sambutannya Kepala DPAD DIY, Monica Nur Lastiyani menyampaikan bahwa “Sepatu Jolifa” adalah bentuk pengembangan sekaligus rebranding Jogja Library for All (JLA) dimana JLA merupakan kerjasama antar perpustakaan yang awalnya hanya berupa kerjasama katalog online yang sekarang sudah berkembang dengan kerjasama silang layan kemudian yang terbaru adalah kerjasama silang pinjam. Tujuan paling utama adalah untuk melayani masyarakat DIY yang membutuhkan literasi dan masyarakat dapat teredukasi dengan baik. Pada saat ini sedang diproses regulasi Peraturan Gubernur  yang nantinya akan mengatur semua perpustakaan di DIY untuk wajib bergabung di “Sepatu Jolifa”.

 Ada dua pemaparan pada rapat koordinasi ini, yang pertama dari Kepala DPAD DIY Monica Nur Listiyani yang menyampaikan tentang “Perjalanan Sepatu Jolifa Menuju Top 45 Inovasi Pelayanan Publik”. Monica menyampaikan bahwa akronim “Sepatu Jolifa” dijadikan sebagai judul proposal kompetensi inovasi pelayanan publik yang mempertimbangkan keunikan judul dan substansi materi inovasi. Dari 1.872 inovasi pelayanan publik yang masuh disaring menjadi 1.651 kemudian menjadi 99 yang diwajibkan untuk presentasi di depan Juri selama 20 menit (video maksimal 5 menit, presentasi 10 menit, dan tanya jawab). Dari ke-99 yang terpilih divisitasi yang akhirnya terpilih menjadi 45 Top Inovasi Pelayanan Publik oleh KEMENPAN dan RB Republik Indonesia. Point penentu “Sepatu Jolifa” masuk di 45 Top karena bisa melakukan silang pinjam.

Dalam melayankan JLA ada dua tantangan yang dihadapi yaitu eksternal, diantaranya kepuasan pengguna, serba praktis dan efisien, dari daftar buku ke pengetahuan, dari cetak ke digital, dan pergeseran pola perilaku pemustaka. Sedangkan tantangan internalnya adalah upgrade aplikasi, upgrade perangkat server, SDM layanan yang unggul, regulasi dan SOP, promosi, dan layanan yang aksesible.

Monika menyampaikan apa saja yang harus dilakukan, antara lain mengutamakan kolaborasi untuk tujuan melayani, menyusun dan melaksanakan regulasi Sepatu Jolifa, menggencarkan promosi, optimalisasi perpustakaan unit, menambah variasi layanan, membangun Katalog Induk Jogja dengan melakukan restrukturisasi keanggotaan perpustakaan unit, anggota silang pinjam yang terus bertambah, anggota silang layan yang terus bertambah, dan anggota katalog (seluruh perpustakaan di DIY).

Pemateri kedua Asisten Setda DIY Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum Tavip Agus Rayanto menyampaikan tentang “Inovasi Pelayanan Publik Sepatu Jolifa dalam Mendukung Pancamulia Gubernur DIY”. Pada kesempatan ini disampaikan alasan “Sepatu Jolifa” masuk 45 Top Pelayanan Publik karena kata Library for All serta model proaktif layanannya berupa silang layan. Pada tanggal 27 November 2019 akan diadakan pembinaan untuk UNPSA (United Nation Public Service Award) dengan menyiapkan bahan. Kemudian dari Kementrian PAN dan RB akan menjaring menjadi 20 Top Pelayanan Publik dengan memastikan ketersediaan data, tingkat kemanfaatan secara riil di masyarakat (dengan didukung data), dan memberikan dampak/ manfaat bagi masyarakat. Selanjutnya ada fase pembuatan proposal dalam bahasa Inggris. Menurut Tavip Inovasi sebenarnya tidak harus berkaitan dengan teknologi tinggi tetapi yang membawa manfaat bagi masyarakat. Bimbingan akan tersentral di Jakarta dan DPAD DIY wajib menyiapkan materi proposal secara mandiri. Tantangannya adalah memobilisasi SDM termasuk peralatannya, bagaimana pelaksanaan dan monitoring terhadap apa yang telah dilakukan, strategi implementasinya, problem apa yang terjadi sebelum adanya “Sepatu Jolifa”, solusi yang ditawarkan, inovasi, harus mempunyai contoh, apa benefit yang sudah dilakukan oleh daerah, ada kepastian sustainability (keberlanjutan untuk pembangunan), dan bisa diadaptasi oleh daerah lain.

Keanggotaan JLA sampai dengan saat ini berjumlah 39 perpustakaan yang terdiri dari 28 perpustakaan Perguruan Tinggi, 5 perpustakaan Kabupaten/Kota, 4 Perpustakaan Desa, dan 2 Perpustakaan Sekolah. Untuk saat ini “Sepatu Jolifa” belum akan menambah keanggotaan karena akan mengoptimalkan terlebih dahulu anggota yang sudah tergabung. (iin)  

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua download

Download

Statistik

170684

Pengunjung Hari ini : 18
Total pengunjung : 170684
Hits hari ini : 136
Total Hits : 1158803
Pengunjung Online : 5

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website DPK?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID

E-DHAKSINARGA

https://biologi.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/toto-slot/ https://biologi.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/slot-thailand/ https://biologi.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/slot88/ https://matematika.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/sgacor/ https://matematika.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/sthai/ https://jerman.fkip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/stoto/