LAYANAN PERPUSTAKAAN DI ERA DIGITAL
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Data sudah menjadi bagian kehidupan manusia yang begitu banyak bersliweran dengan tingkat kecepatan yang luar biasa. Kecepatan produksi data ini mengakibatkan pengguna kewalahan (“tenggelam”) dalam samudra data. Diperlukan peran pustakawan untuk menjadi pendamping yang artinya pustakawan bukan pemilik dan bukan penjaga data. Hal tersebut diungkapkan oleh Wardiyono, SS., MBA dalam Seminar Layanan Perpustakaan di Era Digital Webinar Diskusi Kepustakawanan PP IPI, Senin, 18 Mei 2020 yang digelar oleh PP IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) dengan tema “Layanan Perpustakaan di Era Digital” bersama dengan narasumber lain, yaitu Dr. Hartono, SS., M. Hum. Yang membawakan sesi “Strategi Pengembangan Layanan Perpustakaan Digital di masa Pandemi Covid 19” dan Tulus Wulan Juni, S.Sos dengan materi “Peran Pustakawan di Era Teknologi dan di tengah Pandemic Covid 19”. Kegiatan ini merupakan webinar kedua dengan tema Layanan Perpustakaan Digital yang disampaikan dan dipandu oleh para pakar dan praktisi kepustakawanan digital di Indonesia. Tema ini selaras dan berkaitan erat dengan kondisi dan situasi saat ini, dan juga untuk mempersiapkan pustakawan Indonesia menghadapi masa “New Normal Life” setelah pandemi COVID 19 berlalu, yang berpotensi besar mengubah dunia kepustakawanan.
Lebih lanjut Wardiyono menyampaikan bahwa Pustawakawan memerlukan alat bantu untuk menjadi pendamping data, diantaranya untuk personalisasi pengguna data (user profiling) dengan Customer Relationship Managemen (CRM) dan untuk mencatat kebiasaan penggunaan informasi. Pustakawan dapat memanfaatkan google untuk mendata layanan perpustakaan dimana Google mencatat setiap aktivitas, diantaranya profil pencarian informasi, kebiasan belanja, travel, dan lain-lain. Selain itu Pustakawan dapat mencatat setiap permintaan pemustaka, kebiasaan mereka dalam menelusur informasi, misalnya catatan peminjaman, aktifitas pencarian di OPAC, pertanyaan di meja info (ask us), catatan log aktifitas di aplikasi mobile perpustakaan. Bisa menggunakan perangkat lunak CRM (Customer Relationship Management) untuk volume besar yang bisa diakses lewat https://itsfoss.com/best-open-source-crm/ maupun https://crm.org/crmland/open-source-crm.
Beberapa alat bantu yang dapat digunakan diantaranya: 1) RSS (Really Simple Syndication) yaitu sebuah file berformat XML untuk sindikasi yang telah digunakan (diantaranya dan kebanyakan) situs web berita, weblog, buku baru, dan lain sebagainya, contohnya https://www.antaranews.com/rss/, https://support.bbc.co.uk/platform/feeds/UkNews.htm. 2) Katalog induk, contohnya Katalog Induk Nasional/Daerah (Indonesia OneSeach), Katalog induk komunitas/jaringan kerjasama 3) TweetDeck (https://tweetdeck.twitter.com/) yaitu alat untuk mengelola (follow) banyak twit sekaligus dan mengelola akun twitter (lebih dari satu) 4) Open Harvester System; dengan basis protokol OAI-PMH yang aplikasinya dapat ditemukan di https://pkp.sfu.ca/ohs/, atau https://www.openarchives.org/pmh/tools/. Contoh data provider diantanya Open Jurnal System (OJS), EPrints, Dspace, Omeka, SLiMS, Inlislite. Wardiyono juga menyampaikan tentang SELECTIVE DESSEMINATION OF INFORMATION dengan Layanan personal lewat kemas ulang informasi diantaranya daftar bibliografi subjek khusus, Library path-finder (aplikasi pustakawan), buku kumpulan abstrak subjek khusus, mailing list/grup sosmed, dan Current Contents jurnal online.
Terkait dengan Preservasi Digital di perpustakaan Wardiyono mengungkapkan bahwa Preservasi digital dilakukan untuk jangka panjang, artinya bukan cuman digitasi/alih media kemudian adanya ketersediaan sumber digital sepanjang masa (50 tahun ke depan). Apabila Sekarang mulai maka manfaat baru terasa dalam lima sampai sepuluh tahun kedepan. Preservasi digital disini termasuk format digital dan tempat simpannya. Untuk mewujudkanpreservasi digital yang baik perlu diketahui Pilar Preservasi Digital, diantaranya 1) Aspek kebijakan; dukungan manajemen tingkat tertinggi dalam kegiatan preservasi, 2) Aspek teknis; perangkat lunak, perangkat keras, dan format berkas, 3) Aspek penyimpanan; media simpan untuk jangka panjang, dan 4) Aspek keberlanjutan; finansial dan keberlanjutan program. Adapun sumber informasi Preservasi Digital dapat dilihat pada ICA (The International Council on Archives) - https://www.ica.org/en/digital-preservation-training-modules, U.S. National Archives Digital Preservation Framework https://github.com/usnationalarchives/digital-preservation, dan Digital Preservation Coalition (DPC) - http://www.dpconline.org. (AGU)
Berita Terkait
- MONITORING DAN EVALUASI PERPUSTAKAAN NUSANTARA, DESA KELOR, KAPANEWON KARANGMOJO
- VISITASI PRA AKREDITASI DI PERPUSTAKAAN MUTIARA ILMU SMPN 1 TEPUS
- DISPUSSIP GUNUNGKIDUL MENJADI PESERTA PERTEMUAN STAKEHOLDER NASIONAL 2021
- SOSIALISASI EPUSDAGUNUNGKIDUL DI SMPN 1 PALIYAN
- SOSIALISASI PEMBELAJARAN PERPUSTAKAAN DIGITAL EPUSDAGUNUNGKIDUL DI SMPN 2 PALIYAN